Monday, March 13, 2017

Resume Sosiologi Umum Bab 2



Struktur Interaksi Kelompok Elit dalam Pembangunan
Oleh : Sunyoto Usman

Kaum elit biasa didefinisikan sebagai anggota suatu kelompok kecil dalam suatu masyarakat yang tergolong disegani, dihormati, kaya dan berkuasa. Mereka adalah kelompok minoritas kecil yang memiliki kekuatan dalam mengendalikan aktivitas perekonomian dan memiliki peran dominan dalam pengambilan keputusan. Ada dua pendapat yang menjelaskan lahirnya kelompok elit ini. Pertama, yang percaya kelompok elit lahir dari proses alami. Mereka adalah sekelompok orang yang dikaruniai kapandaian dan keterampilan yang tinggi oleh Tuhan. Kedua, yang percaya kelompok elit ini lahir akibat kompleksitas organisasi sosial.
Dalam beberapa studi penelitian menyimpulkan kelompok elit sangat potensial sebagai agen perubahan, terutama sebagai pihak yang menghubungkan antara kebijakan pemerintah dan aspirasi masyarakat. Fenomena Desa Santri dalam studi masalah pembangunan dan struktur interaksi kelompok elit dalam mengakomodasi proyek pembangunan pedesaan menjadi penelitian yang menarik karena banyak figur tokoh agama setempat yang pendapatnya dianut oleh masyarakatnya. Penelitian ini diselenggarakan di 3 Desa Santri di wilayah Jombang, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode pertanyaan yang diajukan kepada responden yang paling sering berdiskusi atau memecahkan persoalan yang menyangkut proyek pembangunan desa.
Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa informasi penting yang diperoleh dari hasil perhitungan data. Pertama, dalam kegiatan yang berkaitan dengan implementasi pembangunan desa, hampir seluruh anggota kelompok elit saling berinteraksi dan membentuk suatu jaringan sosiometris. Namun, sebagian besar dari mereka adalah kelompok elit pamong desa. Kedua, derajat integrasi elit pada jaringan integrasinya cukup bervariasi. Derajat integrasi memperlihatkan jumlah hubungan tidak langsung. Semakin banyak hubungan tidak langsung seorang elit semakin tinggi pula derajat integrasi elit itu dengan kawan-kawan interaksinya, sedangkan seorang elit yang terisolir nilai integritas individualnya adalah nol.
Ketiga, desa-desa tersebut hampir tidak ada pengelompokkan berdasarkan persamaan kategori elit. Dan keempat, kategori peranan elit dalam jaringan juga bervariasi. Data yang diperoleh menunjukkan jumlah anggota kelompok elit pamong desa dan petani kaya mempunyai peranan dalam jaringan lebih banyak daripada kaum elit lainnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dianalisa bahwa kaum elit pamong desa memiliki kesempatan yang lebih luas dan leluasa dalam mengembangkan proyek pembangunan. Sementara kesempatan yang dimiliki kelompok elit pemuka agama sempit dan terbatas meskipun banyak masyarakat Desa Santri yang menganggap pemuka agama sebagai jembatan penyaluran keinginan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan proyek desa yang direncanakan lebih condong kepada proyek pemerintahan sehingga kaum elit pamong desa dianggap lebih banyak tahu mengenai hal tersebut.

Resume Sosiologi Umum Bab 1


Drug Trafficker dari Cianjur
Oleh : Irfan Budiman, Rian Suryalibrata, dan Upik Supriyatun.

Ola dan dua sepupunya divonis mati oleh pengadilan tanggerang. Sudah berkali-kali dia mengekspor-impor narkotik. Tapi dia mengaku dipaksa suami. Vonis mati yang diketuk majelis hakim pimpinan Asep Iwan Iriawan di Pengadilan Negri Tanggerang membuat raut wajah Merika Franola alias Ola tampak cerah, meski ada rona merah di kedua sudut matanya karena habis menangis. Rani Adriani, sepupu Ola, agaknya sulit melupakan vonis mati itu. Sambil menunggu putusan banding, kedua bersaudara poitu mengisi hari-hari beribadah dan berkebun di Lembaga Permasyarakatan Wanita Tanggerang.
Jalan hidup Ola memang berliku. Tamat SMA dia menjadi disk jocker dan memperoleh anak akibat berhubungan intim dengan seorang pria. Untuk menghidupi anaknya yang berusia tujuh tahun saat itu, ia bekerja menjadi disk jocker di berbagai diskotik di Jakarta.
Pada Oktober 1997, Ola bertemu dengan Tajudin, pria asal Nigeria, yang mengaku seorang pembisnis pakaian. Seiring berjalannya waktu, Ola dan Tajudin terjalin dalam hubungan perkawinan. Namun, beberapa tahun berlalu perangai kasar Tony mulai terlihat. Tony tak segan menyiksa Ola hingga dirawat di Rumah Sakit Azra selama seminggu. Menjelang kelahiran anak pertama, Ola mulai mengetahui sosok Tony yang sebenarnya. Bisnis pakaian dihentikan, Tony kembali ke bisnis aslnya: narkotik.
Ola terpaksa menjadi pengedar narkoba bisnis suaminya karena takut disiksa. Ia tidak mendapat bagian apapun, kalaupun mendapat bayaran, uang tersebut habis untuk mengobati bekas siksaan Tony. Akhirnya posisi Ola berangsur meningkat menjadi drug trafficker, seorang pengatur lalu-lintas narkotik jenis heroin dan kokain. Dari pekerjaan itu, Ola mendapat penghasilan US$ 200 untuk setiap mengirim kurir ke luar negri.
Beberapa tahun berlalu, perekonomian Ola dan Tony semakin membaik dan beberapa kerabat dekatnya yang kesulitan meminta bantuan kepada mereka. Oleh Tony, mereka dijadikan kurir yang mengantarkan narkotik ke luar negri diantaranya adalah Rani dan Deny. Kedua orang tersebut mengaku tidak sadar telah dimanfaatkan sebagai kurir narkotik, namun akhirnya sadar juga dengan resiko pekerjaan yang dijalani.
Tanggal 12 Januari 2003, Aksi Ola dan kedua sepupunya yang menyelundupkan narkotik akhirnya tercium petugas, Kepolisian Daerah Metro Jaya. Dari dalam koper dan tas tangan yang dibawa Rani, petugas menemukan 3,5 kg heroin, sementara Deny diperoleh 3kg kokain. Ola sendiri ditangkap petugas saat parkir mobil di bandara dan ditemukan 3,6 kg heroin di rumahnya yang disimpan di dalam plastik dan sekotak minuman bubuk Nutrisari.
Pada hari yang sama, Tony dan keempat temannya tewas dalam baku tembak dengan polisi yang menyergap. Menurut Alex Bambang, yang memimpin operasi penangkapan Ola dan sepupunya di Cingkareng, Ola terhitung pemain sandiwara yang handal. Alex mengaku tak percaya kalau keterlibatan Ola dalam perdagangan narkotik semata karena terpaksa.

Resume Sosiologi Umum Bab 3



Tolong Bantu Perbaiki Pertanian Kami
Oleh : Muhammad Syaifullah

Ade suharso, seorang yang dipercaya pemerintah untuk menjaga hutan taman nasional (TN) memproklamirkan dirinya pada pertemuan antara beberapa jagawna yang dipimpin olehnya. Dalam pertemuan itu suasana sangat damai dan tak ada kesan salig bermusuhan. Kepala Dusun Kandolo, Manap, menentang kebijakan Ade melarang penebangan pohon demi melindungi hutan. Larangan menebang hutan mengakibatkan penduduk setempat kehilangan mata pencaharian membuat kayu arang. Pencaharian tersebut dilakukan warga dikarenakan warga tidak bisa bertani lagi akibat kekeringan dua tahun yang lalu. Hal yang sama dikatakan Andi Mappotolo, seorang tokoh masyarakat Kandolo, mengatakan petugas hendaknya ridak melarang warga yang memang benar-benar hanya mencari kayu untuk membuat kayu arang. Sebab, pekerjaan inilah satu-satunya matapencaharian yang bisa mereka lalukan untuk bertahan hidup.
Sejak saat itu, penduduk setempat sulit untuk ditemui. Para petuga jagawana pun tak berani berlama-lama di daerah itu karena dimusuhi. Perlawanan wagra ini merupakan bentuk penolakan paling keras terhadap upaya balai TN Kutai melakukan penyelamatan kawasan hutan konservasi ini. Namun, menurut Ade ketegangan yang terjadi antara petugas dengan msyarakat karena putusnya komunikasi antara kedua belah pihak. Sebab, kemiskinan yang meraka alami selama ini karena minimnya perhatian pemerintah setempat sehingga mereka tak punya pilihan lain untuk mempertahankan hidup.
Keadaan yang saat ini terjadi justru sulit untuk mengendalikan masyarakat di dalam kawasan dan para pendatang luar yang sudah banyak masuk. Di kawasan TN Kutai yang bermukim bukan hanya ratusan orang, tapi saat ini mencapai 15.000 orang atau mencapai 3000 kepala keluarga. Kompas menyampaikan bahwa pekerjaan masyarakat pembuat kayu arang dapat dihiitung jari tetapi perluasan perkebunan besar-besaran dan penebangan kayu, pengangkutan kayu ulin yang marak terjadi di daerah ini. Sementara beberapa oknum kepala desa atau dusun setempat ikut membagi-bagi lahan di daerah ini yang diasumsikan adanya proyek pengaspalan jalan Bontang-Sanggata dan pemasangan tiang listrik yang menghubungkan daerah tersebut.
Menurut Direktur Yayasan Bina Kelola Lingkungan (Bikal), Adief Mulyadi, persoalan TN Kutai tidak dapat dilihat secara parsial. Persoalan yang saat ini terjadi dikarenakan tidak adanya sinkronisasi kebijakan soal hutan ini antara pemerintah pusat, Pemda Kaltim, dan Pemda Kutai.