Monday, May 1, 2017

Resume Kehidupan Suku Dayak Kenyah dan Modang Dewasa Ini Inventaris Sebuah Proses Pemiskinan



Kehidupan Suku Dayak Kenyah dan Modang Dewasa Ini
Inventaris Sebuah Proses Pemiskinan

Daerah Suku Dayak Kenyah dan Modang berada di wilayah Kecamatan Ancalong, di sebelah kiri Sungai Kelinjau, anak Sungai Mahakam. Suku Kenyah dan Modang awalnya satu suku, namun semua berubah setelah adanya pengarug agama kristian tahhun ’30-an oleh misionaris Belanda. Kejutan sosial paling dahsyat sejak mereka keluar dari daerah asalnya adalah dari sektor ekonomi. Kepala keluarga rata-rata menghasilkan 200-400 bek padi ‘a 400-600 rp. Mereka sangat bergantung pada perahu pedagang dengan tengkulak-tengkulak dari kota atau kecamatan setempat yang mempermainan harga pasar. Akibatnya, penjualan hasil pertanian penduduk dayak menjadi tidak berarti dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Disamping itu, Sektor kebudayaan dalam kehidupan suku dayak pun mengalami kegoncangan. Fenomena yang menyolok dalam masalah ini adalah musnahnya Lamin. Lamin yang merupakan manifestasi dari kata pemerintahan serta merupakan titik sentral dari aktivitas kehidupan mereka dalam ruang penghayatan kebersamaan yang eksistensial, akhirnya teredusir menjadi bangunan megah yang mati karena setiap keluarga saat ini memiliki rumahnya sendiri-sendiri. Dimensi religius serta nilai-nilai sosial dan peristiwa kesenian yan tadinya berjalan sehari-hari dalam aktivitas kehidupan merekan pun kini tergilas oleh orientasi ideal yang berlandaskan sistem nilai kebudayaan kota.
Proses pemiskinan yang mereka alami adalah proses pemiskinan nilai secara keseluruhan di tiap sisi kehidupan, bukan hanya masalah kemiskinan yang umumnya diidentifisir dai sektor ekonomi. Mereka menjual kebuadayaan mereka yang laku kepada orang kota. Titik ekstrimnya mereka menjadi pengemis dihadapan turis-turis asing seperti yang terjadi pada penduduk Nias dan Trunyan (Bali).
Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa yang terjadi pada suku dayak saat ini tidak lain dari sebuah proses pemusnahan eksistensi sekelompok manusia dalam dimensi masalah kultural. Ini yang menyeret mereka ke dalam bencana yang lebih tragis jika dibandingkan dengan kemiskinan yang terjadi di beberapa desa di Bali atau Jawa dimana mereka masih dapat bergerak dalam kerangka kehidupan nilai-nilai budaya mereka sendiri meskipun tingkat kehidupan ekonomi mereka sangat rendah.
Terciptanya semua masalah itu, baik yang terjadi secara mikro di desa ataupun secara makro di Negara ini membuktikan bahwa masyarakat kita masih berada dalam kondisi arkhanis, tidak ada yang superior antara yang satu dengan yang lainnya.

No comments:

Post a Comment