Ompu
Monang Napitupulu Ingin Sederhanakan Budaya Batak
Oleh
: Arbain Rambey
Dalam seminggu terakhir, surat
kabar medan dipenuhi dengan iklan-iklan yang mengajak masyarakat batak toba
untuk mengusir perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pagosit. Lingkungan Bona
Pagosit adalah bahasa sub-etnik Batak Toba untuk menyebut daerah tempat tinggal
mereka di Sumatra Utara, tepatnya disekitar Danau Toba. Pemasang iklan itu
adalah Parbato atau Pertungkoan Batak Toba, sebuah organisasi kesukuan yang
diketuai oleh Ompu Monang sejak tahun 1997. Ompu Monang memaparkan pentingnya
tiap etnis di Indonesia punya kesadaran diri sendiri untuk menggalang
solidaritas kecil yang akhirnya berguna untuk solidaritas Indonesia secara
keseluruhan.
Stereotip Batak Toba adalah
stereotip umum kalau orang membahas orang batak ceplas-ceplos, berwatak keras,
senang bernyanyi, berwajah keras dan berdagu persegi. Watak keras tampak jelas
pada Ompu Monang, namun dibalik itu menyimpan banyak kehangatan khas batik.
Pada setiap upacara perkawinan Batak Toba, tidak hanya dalam undangan tertera
banyak sekali pengundang, pada pestanya hampir tiap orang dewasa merasa penting
dan mempunyai hubungan yang dekat dengan mempelai. Selain itu, Rasa pendidikan
dan perawatan kepada seorang anak Batak Toba yang sangat diperhatikan merupakan
salah satu sisi positif yang dimiliki masyarakat Batak Toba.
Sedangkan sisi negatif kekerabatan Batak Toba
ialah penghamburan uang dan waktu. Dalam upacara perkawinan seseorang, tamu
yang hadir akan kesal menunggu selesainya acara yang bertele-tele. Selain itu,
pada upacara perkawinan Batak Toba pasti terdapat acara pengulosan. Setiap
orang akan membwa sehelai kawin ulos kepada mempelai untuk dijadikan ajang
gengsi dengan mengumpulkan ulos sebanyak banyaknya. Masih pula dalam setiap
pesta perkawinan, pemberian nasehat kepada mempelai berlangsung selama
berjam-jam dan sangat membuang-buang waktu. Tidak hanya itu, penyelewengan adat
seperti pembuatan makam dapat menghabiskan ratusan juta dengan motif persaingan
gengsi antar keluarga. Untuk mengatasi fenomena ini, Ompu Monang akhirya
merayakan pesta perkawinan anaknya dengan cara yang efisien namun tidak keluar
dari adat Batak Toba. Dalam pesta pernikahannya, penerimaan ulos dibatasi dan
tidak ada nasihat dari banyak orang. Ompu Monang berharap ia dapat menjadi
contoh untuk memutus penyelewengan adat yang boros tersebut.
No comments:
Post a Comment